Selasa, 31 Mei 2016

Asal Mula Sarung Dan Pengertiannya

Sarung adalah salah satu pakaian kehormatan bagi masyarakat muslim di Indonesia, sarung menunjukan nilai kesopanan yang tinggi. Dari itu sarung sering digunakan untuk beribadah shalat ke masjid dengan setelan atasan menggenakan baju koko. Akan tetapi beda halnya di negara Arab, sarung bukanlah pakaian yang diiidentikan untuk beribadah sedangkan de negara Mesir, sarung sendiri biasa dikenakan sebagai baju tidur dan bahkan sarung dianggap tidak pantas dipakai ke masjid maupun digunakan untuk keperluan menghadiri acara formal.
Sarung Tenun
Dalam pengertian busana internasional, sarung (sarong) adalah sepotong kain lebar yang pemakaiannya dibebeatkan pada pinggang untuk menutup bagian bawah tubuh (pinggang ke bawah). Sedangkan menurut catatan sejarah, sarung sendiri berasal dari negeri yaman. Sarung yang biasa disebut futah, dikenal nama izaar, wazaar atau ma'wis.
Ciri khas sarung indonesia yang membedakannya dengan negara lain adalah sarung yang terbuat dari kain tenun, songket, dan tapis. Bahan yang terbuat dari tenun lebih dikenal dari indonesia timur seperti nusa tenggara barat, nusa tenggara timur, sulawesi, dan bali. Sedangkan songket sangat identik dengan ciri khas adat minangkabau dan palembang, kemudian yang terakhir tapis berasal dari lampung. Motif sarung tapis memiliki unsur alam, sedngakan motif sarung songket terlihat lebih meriah dengan motif yang mengisi seluruh bagian isi bahan. Ada kesamaan diantara tapis dan songket, yaitu keduanya terbuat dari benang emas dan perak.
Sarung Tapis
Pada jaman penjaajahan zaman belanda, sarung menjadi salah satu identik dengan perjuangan melawan budaya barat yang dibawa para penjajah ke indonesia. Sarung pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar arab dan gujarat. Kemudian pada perkembangan berikutnya, sarung di indonesia identik dengan kebuyaan islam dan Tekstil merupakan industri pelopor di era islam. Kaum santri adalah masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung dimana kaum nasionalis ambangan telah hampir meninggalkan sarung. Salah satu tokoh sentral di nadhatul ulama (NU) Abdul Wahab pernah di undang presiden Soekarno untuk menghadiri upacara kenegaraan dan memintanya untuk berpaakaian lengkap dengan jas dan dasi, akan tetapi saat acara berlangsung Abdul Wahab datang menggunakan jas tetapi bawahannya sarung. Sebagai seorang pejuang yang berkali-kali melawan penjajah Abdul Wahab tetap konsisten menggunkan sarung sebagai simbol perlawanannya terhadap budaya barat. Ia Ingin menunjukan harkat dan martabat bangsanya dihadapan para penjajah.

Sarung Songket
Itulah beberapa informasi mengenai sarung, betapa kaya budaya dan alam yang melimpah ruah di negara Indonesia tercinta kita ini. Manfaakan serta lestarikan kekayaan budaya dan alam untuk menjadikan kita negara Indonesia sejahtera. Dari itu sangat penting untuk tetap menjaga budaya serta kekayaan alam di negara Indonesia kita ini. Tetap semangat seperti para pejuang yang telah berjuang melawan para penjajah dan mewariskan kebudayaan dan kekayaan alam serta sumber daya manusia yang menjungjung tinggi Ketuhann yang maha esa. Semoga informaisi ini bermanfdaat dan memberikan wawasan baru kpda kita. Mohon maaf bila ada salah kata dan informasi yang memiliki banyak kekurangan. Terimaksih telah berkunjung dan sampai jumpa di informasi selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar